Rupiah di Tutup Melemah Hari ini, BI Rate Tetap. Hari ini, Rabu 17 Desember 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah tipis di kisaran Rp16.691-16.699 per dolar, setelah sempat fluktuatif sepanjang sesi perdagangan. Pelemahan ini terjadi di tengah pengumuman Bank Indonesia yang mempertahankan BI Rate di level 4,75%. Keputusan RDG BI periode Desember ini sesuai ekspektasi mayoritas ekonom, fokus utama pada stabilitas rupiah di tengah outflow modal asing dan info saham ketidakpastian global. Inflasi terkendali dan prospek pertumbuhan domestik jadi penopang, tapi tekanan dari indeks dolar yang menguat bikin rupiah tertekan. Bagi masyarakat, ini berarti impor barang seperti elektronik atau bahan bakar sedikit lebih mahal, tapi BI janji intervensi kalau perlu. Apa yang sebenarnya terjadi hari ini, dan bagaimana dampaknya?
Pergerakan Rupiah dan Faktor Penekan
Rupiah dibuka menguat pagi tadi di Rp16.680, tapi perlahan melemah seiring indeks dolar AS naik ke 98,38. Penutupan spot di Rp16.691 (turun 0,14% dari kemarin), sementara JISDOR BI di Rp16.693. Pelemahan ini dipicu outflow modal asing yang moderat sejak awal Desember, plus wait and see pasar menjelang data ekonomi AS seperti CPI November. Arus keluar portofolio asing capai ratusan triliun sepanjang tahun, meski inflow sempat masuk pasca-pemotongan Fed Funds Rate.
Di Asia, rupiah termasuk yang tertekan—kalah dari ringgit Malaysia yang lebih stabil. Tapi, rebound tipis siang hari berkat intervensi BI di pasar spot dan nondeliverable forward. Analis prediksi fluktuasi besok di Rp16.650-16.700, tergantung respons pasar terhadap keputusan BI Rate tetap. Volatilitas ini normal di akhir tahun, terutama dengan libur Natal yang kurangi likuiditas.
Keputusan BI Rate Tetap dan Alasan di Baliknya Rupiah
Bank Indonesia memutuskan pertahankan BI Rate di 4,75%, serta Deposit Facility 3,75% dan Lending Facility 5,50%. Ini keputusan akhir tahun yang sejalan proyeksi inflasi 2025-2026 tetap di target 2,5% ±1%, serta upaya kuatkan rupiah dari ketidakpastian global seperti geopolitik dan kebijakan Trump. Gubernur Perry Warjiyo tekankan, pelonggaran sebelumnya (total 150 bps sejak 2024) sudah cukup dorong kredit, tapi sekarang prioritas stabilitas nilai tukar.
Keputusan ini sesuai konsensus 22 dari 35 ekonom Bloomberg—banyak yang khawatir pemangkasan lebih lanjut bisa picu outflow lebih besar. Inflasi November rendah, GDP Q3 tumbuh stabil, tapi rupiah masih rawan karena yield spread dengan AS sempit. BI buka ruang cut lagi di 2026 kalau kondisi membaik, tapi sekarang fokus intervensi dan SRBI untuk tarik inflow.
Dampak Ekonomi dan Prospek ke Depan
Pelemahan rupiah hari ini bikin importir was-was—biaya bahan baku naik 0,1-0,2%, potensi dorong inflasi impor. Tapi ekspor untung: komoditas seperti sawit dan nikel lebih kompetitif. BI Rate tetap beri sinyal hati-hati, bikin suku bunga kredit bank stabil—bagus buat UMKM yang lagi ekspansi. Pasar saham IHSG fluktuatif, tapi inflow asing ke SBN naik tipis pasca-pengumuman.
Prospek 2026? Ekonom ramal BI bisa potong 25-50 bps kalau rupiah stabil di bawah Rp16.500, didukung stimulus fiskal dan Fed cut lagi. Tapi risiko outflow tetap ada kalau dolar AS kuat. Bagi kita, ini saat pantau kurs buat transaksi valas atau traveling—dan percaya BI jaga stabilitas.
Kesimpulan
Rupiah melemah tipis hari ini di Rp16.691, tapi keputusan BI Rate tetap 4,75% jadi tameng kuat lawan tekanan global. Ini bukti BI prioritaskan stabilitas di akhir tahun penuh ketidakpastian, sambil jaga ruang dorong pertumbuhan 2026. Pelemahan rupiah sementara, tapi fondasi ekonomi domestik solid—inflasi rendah, cadangan devisa cukup. Bagi investor atau masyarakat biasa, tetap tenang: fluktuasi normal, dan intervensi BI selalu siap. Semoga 2026 rupiah lebih kuat, ekonomi lebih cerah.